Kamis, 16 Juni 2016

Berapa Banyak Langit Biru yang Terlihat? [2]


Baca juga: Berapa Langit Biru yang Terlihat? [1]

Hujan deras yang mengguyur sore itu membuat bayangan Devan jatuh tepat pada hari-hari yang lalu, hari yang melambangkan kedamaian itu. Di saat semua orang sibuk dengan kebersamaan yang dibuatnya se-berkesan mungkin. Tapi, hanya ia sendiri, satu-satunya orang yang pergi dari momen yang berharga itu.

            Jangan tanya lagi siapa pemicunya. Sementara menipu pikirannya yang tengah kalut akan ketiadaan Jase, pikirannya beralih menuju Raina. Tentu saja, secara tidak langsung dengan dua jurus cepatnya kini pikirannya telah jatuh pada dua orang yang berbeda. Raina dan sosok perempuan yang belum ia ketahui namanya. Perempuan yang memang mirip Raina.

            Bodohnya lagi, ia tidak sempat bertanya.

Lirik JKT48 - Beloklah ke Kanan (Migi e Magare)


LIRIK JKT48 - Beloklah Ke Kanan (Migi e Magare)


Beloklah ke kanan sambil terus berlari
Jalan berikutnya, ubahlah arahmu
Beloklah ke kanan sambil terus berlari baca situasi
Melampaui zaman, percayalah pada instuisimu

Lirik JKT48 - Tidak Boleh Pelukan (Dakishimecha Ikenai)

LIRIK JKT48 - Tidak Boleh Pelukan (Dakishimecha Ikenai)

Sambil berjalan mendorong sepeda
Pada jalan di tepian sungai
Bagai menikmati mentari terbenam
Kita berjalan perlahan

Rabu, 15 Juni 2016

Lirik JKT48 - Larilah! Penguin (Hashire! Penguin)


LIRIK JKT48 - Larilah! Penguin (Hashire! Penguin)

Orang paling pertama
Yang jadi suka pada dirimu
Itu adalah diriku
Tetapi aku tahu ‘kan ada banyak saingan
Dan aku pun tak mampu mengucapkannya

Diriku ini tidaklah bisa
Bersaing dengan teman-teman dekat
Daripada tak enak, aku tak mau ungkapkan
Lebih baik aku lihat di kejauhan

REFF
Larilah Penguin!
Tidak baik jika hanya diam saja
Bukankah kau suka?
Larilah Penguin!
Jika tak bergerak, tak akan memulai
Ayolah kau maju!
Larilah Penguin! Berdiri disana!
Yang mendapat cinta hanyalah juara satu
Incarlah posisi yang terdepan

Tak akan bisa sampai
Ke tempatmu jikalau tidak bisa melewati yang lainnya
Sama seperti yang lain jikalau berdebar-debar
Saat ada di garis start tidak mengapa

Di bumi ini menatap mimpi
Tapi berdiri terdiam saja
Walaupun kau berenang dan juga tetap berjalan
Tetapi kau sudah berhenti berlari

REFF
Terbanglah Penguin!
Peluang yang ada
Ingatlah kembali, jangan kau menyerah
Terbanglah Penguin!
Jika tak percaya diri sendiri, sangat disayangkan
Terbanglah Penguin!
Apakah kau lupa setiap tahun
Kamu terus berlari tanpa henti
Sekarang kau pasti bisa terbang

REFF
Larilah Penguin!
Tidak baik jika hanya diam saja
Bukankah kau suka?
Larilah Penguin!
Jika tak bergerak, tak akan memulai
Ayolah kau maju!
Larilah Penguin! Berdiri disana!
Yang mendapat cinta hanyalah juara satu
Incarlah posisi yang terdepan


NB:
Song by tim T, with Michelle & Shani as WCenter (Double Center).

Baca Juga: Lirik JKT48 - Beloklah ke Kanan (Migi e Magare)

Lirik JKT48 - Cinta Tak Berbalas Finally (Kataomoi Finally)



LIRIK JKT48 - Cinta Tak Berbalas Finally (Kataomoi Finally)

Meskipun kau berada sedekat ini
Kualihkan pandangan ke arah lain
Tapi tetap saja aku perhatikan
Dirimu yang ada di depan mataku

Kamis, 02 Juni 2016

Lirik JKT48 - Hanya Lihat ke Depan (Mae Shika Mukanee)

LIRIK JKT48 – Hanya Lihat ke Depan (Mae Shika Mukanee)




Hanya lihat ke depan
Karena jika menoleh
Air mata ini akan terlihat
Memandang jauh ke depan
Dan membulatkan tekad
Ayo melangkah kesana..

Berapa Banyak Langit Biru yang Terlihat? (Part 1)

BERAPA BANYAK LANGIT BIRU YANG TERLIHAT?
PART 1


            Bel pertanda istirahat mulai membangunkan seluruh penghuni sekolah. Guru kelas yang mendapat jadwal mengajar segera menutup kegiatannya, sementara itu penghuni kelas mulai keluar dari kelasnya masing-masing menuju kantin.

            Pertengahan siang yang cukup dihias cahaya mentari yang masih terlihat sayu tidak membakar semangat belajar SMA Trenlight. Bahkan dari raut mereka seolah menegaskan bahwa hari-hari yang mereka jalani sama sekali tidak terlihat dibebani dengan kegiatan sekolah.

            Dari beberapa siswa yang berjalan di koridor, seorang laki-laki –dengan poni depan yang dibuat menjulang tinggi membentuk sebuah jambul– mengedarkan pandangan ke arah kantin. Istirahat di menit-menit pertama, kantin didominasi dengan rasa sesak. Suasana berdesakan itu yang akan membuatnya sesak.

            Lalu, sebuah tangan dari belakang mencapainya. Gerakan yang terhitung cepat, membuatnya menoleh dan lawan bicaranya tersenyum menatapnya.